Banyak orang membayangkan bagaimana mereka akan mati suatu hari nanti, namun bagaimana jika mereka mendapat kesempatan untuk hidup kembali?
“Dulu aku berpikir bahwa hidup seperti video game yang seru. Kita mungkin akan mati berkali-kali sebelum melewati tiap jenjang, tapi kita diberi nyawa baru untuk memulai kembali, jadi aku tidak pernah berpikir tentang kematian sebelumnya.
Kenyataannya, hidup tidak sama dengan game karena kita hanya bisa mati sekali. Jadi mengapa kita menganggap enteng kematian? Apa kau pernah membayangkan bagaimana kau akan mati? Apa pernah terbesit di benakmu akan seperti apa jika kau beruntung untuk punya hidup kedua seperti di video game?”
Potongan monolog di atas diucapkan oleh Tian (diperankan oleh Mix Sahaphap), seorang mahasiswa arogan dari keluarga berada karena sang ayah pernah memiliki jabatan penting di Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (the Ministry of Natural Resources and Environment). Namun Tian menderita sebuah penyakit mematikan dan nyawanya hanya bisa diselamatkan dengan transplantasi jantung.
Setelah menunggu, akhirnya Tian mendapat donor jantung. Saat operasi berlangsung, ia “bertemu” sang donor bernama Torfun (Aye Sarunchana), seorang relawan guru di daerah nan jauh dari kota besar, Phu Pan Dao. Pandangan Tian akan hidup berubah setelah ia mencari tahu lebih jauh tentang perempuan itu. Berbekal buku harian Torfun, Tian pergi ke Phu Pan Dao untuk mewujudkan mimpi sang donor serta memenuhi janjinya pada Kepala Petugas Kehutanan (chief forest officer) setempat, Phupa (Earth Pirapat).
Akan tetapi kenyataan tidak seindah bayangan Tian. Kehadirannya di Phu Pan Dao tidak diterima dengan mulus, termasuk oleh Phupa yang dingin dan tegas. Ditambah lagi, tugasnya sebagai relawan guru juga tidak mudah dan ia harus terbiasa hidup di tempat terpencil tanpa listrik dan sinyal.
1000 Stars, atau sebelumnya dikenal sebagai A Tale of Thousand Stars, adalah salah satu drama Thailand paling ditunggu dari rumah produksi dan manajemen artis GMMTV. Bahkan, di bulan Mei 2020 sebelum syuting dimulai, cuplikan serialnya sudah disaksikan 3 juta kali di YouTube.
Diangkat dari novel berjudul A Tale of Thousand Stars karangan Bacteria, 1000 Stars disutradari oleh Noppharnach “Aof” Chaiwimon dan episode perdananya tayang pada 29 Januari. Sebelumnya ia juga menyutradarai judul-judul populer seperti Still 2gether (2020), Dark Blue Kiss (2019), He’s Coming to Me (2019), dan Our Skyy (2018). Dalam sebuah video dari GMMTV, Aof menjelaskan bahwa ia telah membaca novelnya sejak 3-4 tahun lalu dan saat itu ia sudah berniat mengangkat cerita tersebut ke layar kaca.
Proses syutingnya dilakukan di beberapa lokasi, termasuk Chiang Mai dan Chiang Rai. Para kru juga membangun beberapa set dari nol, di antaranya rumah untuk Tian dan sekolah.
Hal pertama yang menarik perhatian saya ketika menonton serial ini adalah lagu pembukanya. Lagu yang berjudul A Tale of Thousand Stars tersebut dibawakan oleh Napat Injaiuea dan video klipnya sudah ditonton lebih dari 5 juta orang sejak dirilis Januari lalu. Bunyi khlui (alat musik tradisional Thailand) di awal lagu terdengar syahdu dan berhasil membuat saya masuk ke dalam cerita dengan mudah.
Serial yang dapat disaksikan di kanal YouTube GMMTV ini memiliki tempo yang pas, khususnya saat membangun hubungan antara Tian dan Phupa. Konflik umumnya muncul akibat Tian masih menggunakan pola pikir “orang kota” selagi tinggal di Phu Pan Dao, sementara Phupa berpikir bahwa relawan guru di daerah tersebut bukan pekerjaan main-main. Ia juga merasa janggal dengan kehadiran Tian yang mengingatkannya akan Torfun.
Di sebuah wawancara, Aof pernah menyinggung tentang kesulitannya menemukan aktor yang pas untuk dua karakter tersebut sebelum akhirnya jatuh pada Mix dan Earth. Terbukti, chemistry Mix dan Earth patut dipuji di serial ini, terutama ketika karakter yang mereka perankan sedang berdebat.
Selain itu, beberapa karakter lain yang menarik perhatian saya adalah sahabat Tian, Tul (White Nawat); dokter Nam (Nammon Krittanai); dan salah seorang bawahan Phupa, Yod (Champ Nattharat). Dokter Nam dan Yod mampu meredakan ketegangan ketika Phupa dan Tian berselisih paham, sementara Tul mendukung Tian untuk mendekati Phupa.
Keselarasan adalah kata yang sering muncul di benak saya ketika menonton serial ini. Di salah satu adegan, dokter Nam terlihat memeriksa seorang anak setelah anak tersebut diberi air suci oleh tabib setempat.
“Tapi itu sebuah kepercayaan, tidak ada yang benar dan salah,” kata dokter Nam pada Tian. “Selama kau tidak melanggar kepercayaan warga lokal, kau akan baik-baik saja.”
Namun sound di beberapa adegan terdengar kurang stabil serta ada sejumlah detil yang agak mengganggu, salah satunya adalah kamera yang dipakai Tian ketika jalan-jalan bersama Phupa terlihat sama dengan kamera yang dipakai anak kepala desa setempat, Longtae (Khaotung Thanawat), ketika menerbangkan layang-layang.
Di tiap akhir episode selalu ada pesan moral berdasarkan cerita saat itu. Praktik yang sama juga biasa dijumpai di beberapa serial keluaran GMMTV, misalnya di Turn Left Turn Right (2020) dan Wake Up Ladies (2018). Salah satu pesan yang membekas di benak saya adalah, “Belajar menerima dirimu apa adanya sebelum menginginkan orang lain menerimamu.”